Selasa, 08 Juli 2014

MEREDAM EMOSI



Suatu hari, ada seorang tukang kayu melewati hari yang melelahkan. Pasalnya, ketika dia hendak berangkat bekerja. Ban kendaraannya bocor dan dia harus kehilangan waktu satu jam untuk sampai ke tempat kerjanya. Sesampai di tempat kerjanya, gergajinya tidak dapt digunakan. Ketika dia hendak pulang kembali ke rumah, mobil tuanya tidak bisa dinyalakan. Untungnya ada seorang teman yang mau mengantarnya pulang. Tukang kayu itupun diam sepanjang perjalanan karena jengkel. Di perjalanan dia meminta temannya untuk berhenti sejenak di sebuah pohon di tepi jalan. Di pohon itu, si tukang kayu menyentuh ujung-ujung dahan itu dengan kedua tangannya. Setelah itu, dia kembali ke mobil temannya dengan wajah yang gembira jauh berbeda dengan sebelumnya. Keesokan harinya di pun melakukan hal yang sama.

          Temannya begitu penasaran dengan apa yang dilakukannya. Dia kemudian bertanya kepada si tukang kayu itu,  “Apa yang kau lakukan di situ?” “Oh, itu pohon kesukaranku,” jawab si tukang kayu. “Aku selalu menghadapi berbagai kesukaran dalam pekerjaanku, tapi satu hal yang pasti, semua itu tidak boleh muncul di rumah yang menjadi tempat tinggal isteri dan anak-anakku. Jadi aku menggantungkan semua kesukaranku itu diatas pohon sebelum aku pulang. Lalu di pagi harinya aku akan mengambilnya kembali. Tetapi lucunya, ketika aku keluar rumah di pagi hari untuk mengambil  semua kesukaranku, bebannya tidaklah seberat yang kuingat di malam sebelumnya.”

          Apakah selama ini kita melakukan hal yang sama dengan si tukang kayu itu? Atau justru kita mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan rumah, atau sebaliknya kita membawa masalah rumah di dalam pekerjaan kita? Sehingga kita tidak bisa menahan diri dan terbawa emosi? Stop! Kita harus belajar mengendalikan diri. Kita harus bisa menempatkan diri kapanpun dan dimanapun kita berada. Jangan biarkan amarah menguasi diri kita, baik ketika pulang ke rumah atau berangkat ke tempat kerja. Jangan sampai kita justru melakukan kesalahan-kesalah fatal hanya karena kita tidak bisa mengendalikan diri. Tinggalkanlah amarah dan milikilah hati yang senantiasa bersukacita sehingga keharmonisan rumah tangga maupun relasi kita dengan orang-orang ditempat kita senantiasa terjaga. Produktivitas kita akan meningkat dan kita akan menjadi lebih siap untuk menghadapi tantangan yang menanti dihadapan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar