Seorang
gembala besar, begitu turun dari mimbar langsung dikerubuti beberapa orang
wartawan dan salah seorang dari mereka bertanya, “Apakah Anda tidak merasa
tersanjung? Karena setiap Anda berhotbah, dimanapun orang datang berduyun-duyun
sampai banyak yang tidak kebagian tempat duduk. Mereka sangat mengagumi dan
menyanjung Anda”. Lantas Sang gembala itu menjawab, “Setiap kali saya ingin
berbangga, selalu terbayang dipikiran saya satu hal yaitu, “Sekiranya saya
melakukan satu kesalahan dan saya di hukum gantung, maka yang datang mungkin
lima kali lipat”.
Seringkali kita mengalami bahwa ada
orang yang begitu mengagumi dan menyanjung
kita pada suatu waktu. Akan tetapi, pada kesempatan yang lain orang yang
sama bisa juga menjatuhkan kita. Mereka bisa mengejek dan mencaci-maki kita.
Mereka mengelu-elukan kita dengan bersorak-sorak pada saat mereka mengharapkan akan
mendapatkan sesuatu keuntungan dari kita. Akan tetapi mereka akan berbalik
menghujat dan menghina kita, apabila mereka tidak mendapatkan sesuatu yang
diharapkan.
Setiap
orang pasti merasa senang jika dipuji atau disanjung oleh orang lain. Hal itu
adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Namun kita harus selalu waspada karena
pujian seringkali menjadi sesuatu yang semu. Sebab pujian bisa juga berubah menjadi
cercaan. Seringkali orang tidak kuat
menahan rasa sakit hati ketika dihujat dan dicaci orang lain. Terlebih-lebih
lagi, kalau yang menghujat kita justru lebih banyak dari orang yang pernah
memuji dan menyanjung kita.
Oleh
karena itu, janganlah kita mudah terlena dengan pujian atau sanjungan orang
lain. Jangan kita terus sombong karena orang memuji perbuatan kita. Selalulah
mengoreksi diri apakah kita sudah bertindak baik dan benar? Janganlah
sekali-kali mengharapkan pujian. Namun jika ada yang mengucapkan pujian maka
ucapkanlah “Terima kasih”. Dan jika ada orang lain yang menghina Anda,
“maafkanlah mereka”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar