Minggu, 20 Juli 2014

JANGAN PERNAH MENYALAHKAN KEADAAN



          Tukiran adalah seorang pemulung di kota Bekasi. Untuk menghidupi serta menanggulangi kebutuhan keluarganya sehari-hari, dia setiap hari dari mulai matahari terbit hingga matahari terbenam harus mendorong gerobaknya berkeliling untuk mengumpulkan plastik, botol-botol bekas ataupun kaleng-kaleng bekas. Sebagai seorang pemulung tentu saja penampilannya sangat lusuh dan dekil. Setiap hari dia menggunakan jaket yang sama  terus-menerus, sehingga jaket tersebut terlihat sangat kotor. Sebagaimana biasanya para pemulung, apabila barang-barang bekas tadi sudah terkumpul, dia akan menukarkan barang-barang bekas tersebut  kepada penampung atau pabrik daur ulang untuk mendapatkan uang. Kadang-kadang dia hanya makan sisa makanan dari  sampah buangan warung nasi atau restoran. Namun, disamping pekerjaannya sebagai pemulung dia juga selalu menyediakan waktunya untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan bisnis. Sehingga setiap malam dia menghabiskan waktunya  mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bisnis di sebuah perpustakaan kecil  di pinggiran kotanya.

           Berkat ketekunannya membaca berbagai buku dan literatur, maka wawasannya semakin luas, khususnya dibidang ekonomi dan bisnis. Maka mulailah dia membeli saham dan menginvestasikan uang yang dia kumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil memulung  plastik, botol bekas dan kaleng-kaleng bekas. Hal tersebut dia jalani dengan tekun selama bertahun-tahun. Tidak ada yang tahu, bahkan keluarganya sendiri, bahwa Tukiran adalah seorang yang sangat bijaksana dan cerdas mengelola keuangannya. Namun sayang,  Tukiran meninggal dunia akibat serangan jantung sebelum  sempat menikmati  hasil usahanya.  Setelah Tukiran meninggal, barulah diketahui bahwa dia meninggalkan warisan yang jika dirupiahkan sudah mencapai nilai ratusan juta rupiah. Walaupun Tukiran hanya seorang pemulung, dia tidak mengasihani dirinya, tidak pernah mau menyalahkan keadaan atau mengeluh kenapa hidupnya susah seperti itu. Tapi, dia bertekad memperbaiki kehidupannya yang miskin.  Walaupun dia tidak sempat sepenuhnya menikmati hasil jerih payah dan kerja kerasnya, tapi tekad, kerja keras dan ketekunannya patut diteladani.

          Akhir-akhir ini manusia cenderung mengharapkan sesuatu yang luar biasa terjadi dalam kehidupannya, akan tetapi tidak mau berusaha dan bekerja keras. Akibatnya banyak orang yang selalu mengeluh apabila diperhadapkan dengan keadaan atau situasi yang sulit dan akhirnya menyalahkan keadaan, menyerah lalu pasrah. Padahal, kalau kita mau berusaha keras, tidak ada yang sulit untuk membuat  apa yang kita lakukan menjadi lebih berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, marilah meninggalkan cara hidup yang  malas dengan kehidupan yang lebih giat dan tekun serta bekerja keras, karena dengan bekerja keras hidup kita akan menjadi lebih baik. Ingatlah, pemalas hanya bisa mengeluh, tetapi pekerja keras tidak akan pernah berhenti untuk terus berusaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar