Kamis, 24 Juli 2014

MATA BOLEH BUTA TAPI TANGAN TIDAK



          Sejak menginjak usia remaja beberapa tahun yang lalu, Rusli telah mengalami kebutaan  akibat penyakit mata yang dideritanya  dari lahir. Kondisi itu sempat membuat dia menjadi hilang harapan dan merasa hidupnya sudah tidak punya arti dan tidak bermanfaat.  Pada suatu hari, anaknya yang masih duduk dibangku Sekolah  Taman Kanak-Kanak meminta kepadanya  untuk dibuatkan suatu teropong yang dilengkapi dengan cermin atau lensa, seperti yang ada pada kapal selam. Dengan alat itu anaknya dapat melihat tempat yang jauh melewati benda-benda tinggi seperti pagar atau pohon.  Lalu dia meminta anaknya untuk membeli dua buah  cermin kecil. Setelah anaknya membeli cermin dan peralatan yang dibutuhkan, dia segera membuat teropong sebagaimana permintaan anaknya.  Dengan  perasaan  bangga dan senang hati anaknya membawa  dan menunjukkan mainan barunya itu kepada teman-temannya di serkolah.  “Ayahku telah membuat mainan ini,” katanya dengan bangga.  “Ayahmu yang membuat itu?” Tanya teman-temannya dengan nada tidak percaya. “Bukankah ayahmu seorang yang  buta?” lanjutnya. “Ya, ayahku memang buta,” tetapi tangannya tidak ikut buta,”jawabnya. 

          Potensi yang ada dalam diri kita seringkali menjadi lumpuh total karena dipicu oleh kekecewaan kita pada satu kelemahan atau kekurangan, sehingga kita tidak dapat melihat atau memanfaatkan potensi lain yang masih ada dalam diri kita.  Seseorang yang kakinya harus diamputasi karena mengalami kecelakaan, merasa bahwa dirinya sudah tidak punya arti dan bermanfaat lagi. Hal ini bisa terjadi karena dia berpikir bahwa potensi dirinya terdapat pada dua kakinya dan bila kakinya diamputasi, maka segalanya tidak akan bermanfaat lagi. Setiap bagian atau organ tubuh kita memang memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dan setiap bagian tubuh kita saling bergantung satu sama lain. Tetapi, bukan berarti bila satu hilang atau tidak berfungsi lalu yang lainnya menjadi tidak berguna atau tidak bisa berfungsi. 

          Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk tidak terpaku atau terpengaruh pada satu kekurangan yang kita miliki atau yang terjadi pada diri kita, apakah itu diakibatkan oleh kecelakaan atau sakit maupun bawaan sejak lahir. Bagian atau organ yang lain tidak akan menjadi tidak berfungsi apabila kita tidak membiarkannya terjadi. Kadang-kadang akibat terlalu larut dalam kesedihan, membuat seseorang kehilangan kendali dan menganggap semuanya hancur akibat satu cacat yang dialaminya.  Mensyukuri apa yang ada dengan tetap bangkit dari keterpurukan adalah satu pilihan yang sangat tepat. Jika saat ini kita sedang kecewa, marah, sedih dan terpuruk karena kehilangan sesuatu yang sangat berarti, percayalah bahwa dibalik itu semua ada bagian lain yang tidak kalah pentingnya untuk kita manfaatkan  dan perhatikan. Kita boleh kehilangan pekerjaan yang menjadi harapan dan kita banggakan, tapi kita harus percaya bahwa masih ada pekerjaan lain yang menanti kita. Adakalanya Tuhan menutup pintu yang satu untuk membukakan pintu yang lain bagi kita.  Dengan segala kekurangan yang kita miliki, kita tetap bisa mengoptimalkannya untuk  maju terus, asalkan kita tidak selalu terpaku pada kekurangan. 

“KEKURANGAN YANG ADA DI SATU SISI TIDAK HARUS MENGURANGI ATAU MENGHILANGKAN KEKUATAN DI SISI LAIN”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar