Rabu, 23 Juli 2014

MENEMUKAN KEBAHAGIAAN



          Seorang milyarder yang merupakan komisaris dari beberapa perusahaan raksasa selalu berkeluhkesah karena tidak pernah menemukan kebahagiaan sepanjang kehidupannya yang sudah hampir tiga perempat abad lamanya. Hampir setengah abad dari hidupnya telah digunakan untuk mengumpulkan berbagai harta benda hingga  mempunyai beberapa villa mewah dibeberapa perbukitan yang indah, lahan perkebunan yang cukup luas, beberapa rumah dan apartemen dibeberapa daerah elit, beberapa kendaraan mewah juga  dimiliki yang menjadi tunggangannya sehari-hari kemanapun dia pergi, juga mempunyai pesawat pribadi yang bisa  ditumpangi kemanapun dia ingin terbang apakah itu didalam negeri maupun keluar negeri dan terakhir diapun memiliki satu kapal pesiar. Dengan segala harta yang dimiliki,  dia dan keluarganya telah menjelajahi hampir semua tempat rekreasi dan tempat peristirahatan terindah di muka bumi ini. Segala hal yang dia inginkan setiap saat bisa diperoleh dengan harta melimpah yang dia punyai. 

          Saya telah menjelajahi hampir semua tempat terindah dimuka bumi ini dan dengan harta yang saya miliki bisa dengan mudah memperoleh dan menikmati apapun yang saya inginkan, akan tetapi  belum pernah menemukan kebahagiaan, demikian dia bercerita panjang lebar dan berkeluhkesah kepada seorang temannya pekerja sosial di suatu panti asuhan. Selanjutnya dia berkata kepada temannya itu, bahwa dia merencanakan menjual seluruh harta yang dimiliki dan hasilnya akan disumbangkan kepada suatu lembaga amal setelah menisihkan sebagian kecil untuk membeli sebuah rumah kecil didesa yang jauh dari hiruk pikuk keramaian dan kehidupan kota dan menabung sedikit di bank untuk bekal hidupnya menjalani hari tuanya dengan harapan diakhir hidupnya bisa menemukan kebahagiaan.

          Terharu melihat temannya sang milyarder itu, pekerja sosial itu mengajaknya ke panti asuhan dimana dia bekerja dengan harapan temannya itu bisa terhibur dan menemukan kebahagiaan. Maka pada suatu hari dia mengikuti ajakan temannya itu menghadiri suatu acara yang diadakan di panti asuhan. Akan tetapi setelah beberapa jam dia mengikuti acara di panti asuhan itu, dia keluar meninggalkan gedung itu dengan langkah yang gontai dan pikiran lesu dia memasuki mobilya yang diparkir dihalaman panti asuhan itu. Tapi baru saja dia mau membuka pintu mobilnya, seorang gadis kecil menarik tangannya dan menegurnya dengan suara lembut “om mau pulang ya”
“Iya, nak jawab sang milyarder itu sambil tersenyum. “Om boleh nggak aku minta sesuatu sama Om? Tanya gadis kecil yang bernama Santy itu. “Boleh” jawab sang milyarder itu. “Tapi, aku takut nggak boleh sama Om”. Sang milyarder itu tersenyum. Dia punya harta berlimpah, apa yang tidak bisa dia beri. Apalagi untuk seorang anak kecil yatim piatu ini, apapun permintaannya pasti gampang bisa dipenuhi. Memangnya Santy mau minta apa? Tanya sang milyarder sambil memegang tangan Santy.  “Om, Santy minta kalau boleh memanggil Om sebagai Ayah, boleh nggak? Sang milyarder merasa kaget. Tenggorokannya terasa tersumbat. Sebuah permintaan yang tidak pernah dibayangkan. Ternyata bukan uang yang diminta, bukan pula pakaian yang indah dan mahal yang diminta Santy, tapi hanya sebutan atau panggilan “ayah”. Tiba-tiba hati sang milyarder itu bergetar hebat. “Boleh, kau panggil aja ayah sama om”. Terimakasih ... ayah. Kapan lagi ayah datang kesini? Santy boleh minta lagi ayah?” “Tentu boleh sayang, mau minta apalagi? “Santy minta, kalau ayah kesini lagi, bawa foto ayah, ya. Santy nanti mau gantung dikamar tidur. Kalau Santy rindu sama ayah, Santy bisa cium foto ayah. Sang milyarder itu manggut-manggut dengan rasa terharu sambil bercucuran air mata memeluk dengan erat dan menciumi Santy dan berkata, besok ayah kesini lagi dan akan bawa foto ayah dan akan sering ketemu Santy. Hati sang milyarder itu berbunga-bunga penuh KEBAHAGIAAN.

           Menemukan KEBAHAGIAAN  bukan harus memiliki harta berlimpah, bukan dengan menjelajahi seluruh bumi, tapi bisa menemukan saat kita bisa memberi apa yang KITA MILIKI untuk orang lain, walau hanya sebuah ungkapan “CINTA” yang sederhana. Ingatlah, kebahagiaan bukan tergantung pada kepemilikanmu tapi tergantung pada perbuatan dan pemberianmu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar