Selasa, 15 Juli 2014

KEBERANIAN MENGAKUI KESALAHAN



          Melihat seseorang dengan lantang dan gagah berani menantang orang lain walaupun dia bersalah mungkin bukanlah suatu hal asing bagi kita, karena berusaha mencari pembenaran diri dan berusaha menutupi kesalahannya adalah hal yang terbiasa terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Namun keberanian seseorang mengakui kesalahannya sekalipun itu akan membuka aib dirinya sendiri bisa jadi merupakan hal yang langka kita temui dan bisa menjadi suatu hal yang pantas diberi rasa salut.

          Denny adalah seorang sosok suami yang sangat mengagumkan dimata isterinya Sunarti dan merupakan figur seorang bapak yang sangat membanggakan dan penuh perhatian dimata kedua putra dan putrinya. Sebagai seorang pimpinan dikantornya dia juga sangat dihormati anak buahnya karena merupakan seorang pemimpin yang sangat cerdas dan selalu penuh rasa tanggungjawab. Dimata keluarga dan para karyawannya dikantor ia merupakan seorang  pemimpin berwibawa, bersih tanpa cela. Selama beberapa tahun dia berkeluarga, dia tidak pernah melakukan tindakan yang menimbulkan masalah ditengah keluarganya, demikian juga sebagai pimpinan dikantornya dia tidak pernah melakukan tindakan atau kebijakan yang merugikan karyawannya. Dengan kepribadian dan kepemimpinan yang demikian, maka pantas dia menjadi panutan ditengah-tengah masyarakat, bagaikan seorang pemimpin yang menjadi idola.

          Akan tetapi sebetulnya dia bukanlah seorang manusia yang tidak punya kehidupan yang tidak pernah tercela dimasa lalu. Beberapa tahun sebelum mengenal Sunarti dia tinggal disebuah desa di pinggiran kota, dimana dia pernah punya masa lalu yang sangat memalukan. Sebelum melarikan diri ke kota, dia memperkosa seorang gadis anak tetangganya yang mengakibatkan kehamilan diluar nikah. Maisaroh gadis desa yang diperkosanya itu masih bernasib baik, karena dalam kondisi hamil tua masih ada seorang pemuda yang bersedia menikahi dia. Parto pemuda desa yang menikahi Maisaroh juga tidak keberatan memelihara anaknya hasil pemerkosaan itu. Setelah dua tahun berumah tangga mereka juga dikarunia seorang anak laki-laki, maka lengkaplah mereka punya anak satu pasang, satu perempuan dan satu laki-laki yang bertumbuh dengan sehat dimana keduanya memperoleh penuh rasa kasih sayang. Namun menjelang umur lima tahun anak gadisnya itu jatuh sakit dan setelah beberapa saat diopname, menurut diagnosa dokter yang merawatnya dia menderita leukimia.  Tentu saja hal itu sangat menyedihkan dan mengecewakan mereka, juga ada satu hal yang paling mengagetkan mereka bahwa  menurut analisa dokter yang merawatnya, satu-satunya jalan untuk bisa menolongnya adalah melalui donor sumsum tulang belakang dari ayah kandung sigadis itu, yang merupakan sipemerkosa Maisaroh beberapa tahun yang lalu. Dengan pikiran yang kacau-balau dan penuh rasa kasihan dan tanggung jawab sama anaknya itu, mereka berusaha untuk bisa mencari Denny dengan harapan bersedia menolong anak yang malang itu. Tiba-tiba mereka punya ide untuk membuat iklan dibeberapa koran dikotanya untuk mencari dan minta bantuan orang yang pernah memperkosa Maisaroh untuk bersedia menjadi donor bagi anak gadisnya itu.

          Sebagaimana biasanya setiap Minggu sore, Denny dan Sunarti menikmati waktu santai minum teh sambil membaca koran sore. Tanpa sengaja  mereka  membaca sebuah iklan yang sangat mengundang perhatian : “Seorang ibu bernama Maisaroh mencari seseorang yang pernah memperkosanya beberapa tahun yang lalu, bukan untuk diperkarakan. Tapi untuk diminta kesediaannya untuk mendonorkan sumsum tulang belakang bagi anak hasil pemerkosaannya yang sedang menderita penyakit leukimia”. Tiba-tiba Denny dan Sunarti diskusi serius memperbincangkan iklan itu. “Saya betul-betul mengagumi Maisaroh, bila saya diposisinya mungkin tidak berani memelihara anak hasil pemerkosaan itu”, kata Narti. Tapi aku jauh lebih mengagumi Parto lagi yang bersedia menerima dan membesarkan anak itu, dia seorang pria yang berhati mulia katanya kepada Denny. Selanjutnya Denny bertanya kepada Narti, “Bagaimana penilaianmu terhadap si pemerkosa itu?” Kurang ajar, tidak ada ampun baginya.      

          Beberapa hari kemudian Denny pulang agak siang dari kantornya tidak sebagaimana biasanya dia pulang sore menjelang magrib. Dia mengajak Narti jalan-jalan ke pinggiran kota. Siang itu wajahnya kelihatan agak pucat. Mungkin lagi banyak masalah dikantornya pikirnya Narti.   Tapi tak lama kemudian Denny berbicara serius. “Narti, sepertinya akulah yang dicari di koran itu, dan aku ingin menolong anak itu”.  Narti berusaha tenang dan mencoba memandang tatapan mata suaminya  apakah dia bercanda. Tatapan matanya mengatakan bahwa dia serius. Bagaikan disambar petir, hampir pingsan Narti tidak sanggup berkata apa-apa. “Penipu kau”, teriaknya. Dengan pikiran yang kacau dia berlari kerumahnya dan mengajak kedua anaknya pulang ke rumah orang tuanya.

          Memang sudah sepatutnya kau marah dan benci atas tingkahlaku suamimu dimasa lalu itu, kata ibunya. Tetapi coba kau renungkan, kemauan dia mengakui hal itu tentu saja merupakan suatu keberanian yang luar biasa. Hal itu membuktikan bahwa hati nuraninya belum mati sepenuhnya. “Apakah kamu lebih memilih seorang suami yang melakukan kesalahan dimasa lalu tapi mau mengakui kesalahannya dan ingin menebus kesalahannya, atau seorang suami yang selamanya menyimpan kebusukannya hingga akhir hidupnya?”  Nasehat orang tuanya memberi kesadaran baginya untuk membuang jauh-jauh sikap egois dan rasa kebencian dan kekecewaan yang sangat mendalam di hatinya. Dua hari kemudian dia pulang kerumahnya dan meminta suaminya untuk segera menolong anak yang malang itu. 

          Semua orang punya kekurangan dan kesalahan, tetapi ketika dia mau mengakui dan memperbaiki dirinya, patutlah dia dimaafkan. Memberikan maaf kepada seseorang bukanlah perkara gampang, tetapi dengan mempunyai hati yang terbuka dan lapang, akan membuat kita mampu memaafkan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar