Melihat
seseorang dengan lantang dan gagah berani menantang orang lain walaupun dia
bersalah mungkin bukanlah suatu hal asing bagi kita, karena berusaha mencari
pembenaran diri dan berusaha menutupi kesalahannya adalah hal yang terbiasa
terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Namun keberanian seseorang mengakui
kesalahannya sekalipun itu akan membuka aib dirinya sendiri bisa jadi merupakan
hal yang langka kita temui dan bisa menjadi suatu hal yang pantas diberi rasa
salut.
Denny
adalah seorang sosok suami yang sangat mengagumkan dimata isterinya Sunarti dan
merupakan figur seorang bapak yang sangat membanggakan dan penuh perhatian
dimata kedua putra dan putrinya. Sebagai seorang pimpinan dikantornya dia juga
sangat dihormati anak buahnya karena merupakan seorang pemimpin yang sangat
cerdas dan selalu penuh rasa tanggungjawab. Dimata keluarga dan para
karyawannya dikantor ia merupakan seorang
pemimpin berwibawa, bersih tanpa cela. Selama beberapa tahun dia
berkeluarga, dia tidak pernah melakukan tindakan yang menimbulkan masalah
ditengah keluarganya, demikian juga sebagai pimpinan dikantornya dia tidak
pernah melakukan tindakan atau kebijakan yang merugikan karyawannya. Dengan
kepribadian dan kepemimpinan yang demikian, maka pantas dia menjadi panutan
ditengah-tengah masyarakat, bagaikan seorang pemimpin yang menjadi idola.
Akan
tetapi sebetulnya dia bukanlah seorang manusia yang tidak punya kehidupan yang
tidak pernah tercela dimasa lalu. Beberapa tahun sebelum mengenal Sunarti dia
tinggal disebuah desa di pinggiran kota, dimana dia pernah punya masa lalu yang
sangat memalukan. Sebelum melarikan diri ke kota, dia memperkosa seorang gadis
anak tetangganya yang mengakibatkan kehamilan diluar nikah. Maisaroh gadis desa
yang diperkosanya itu masih bernasib baik, karena dalam kondisi hamil tua masih
ada seorang pemuda yang bersedia menikahi dia. Parto pemuda desa yang menikahi
Maisaroh juga tidak keberatan memelihara anaknya hasil pemerkosaan itu. Setelah
dua tahun berumah tangga mereka juga dikarunia seorang anak laki-laki, maka
lengkaplah mereka punya anak satu pasang, satu perempuan dan satu laki-laki
yang bertumbuh dengan sehat dimana keduanya memperoleh penuh rasa kasih sayang.
Namun menjelang umur lima tahun anak gadisnya itu jatuh sakit dan setelah
beberapa saat diopname, menurut diagnosa dokter yang merawatnya dia menderita
leukimia. Tentu saja hal itu sangat
menyedihkan dan mengecewakan mereka, juga ada satu hal yang paling mengagetkan
mereka bahwa menurut analisa dokter yang
merawatnya, satu-satunya jalan untuk bisa menolongnya adalah melalui donor
sumsum tulang belakang dari ayah kandung sigadis itu, yang merupakan
sipemerkosa Maisaroh beberapa tahun yang lalu. Dengan pikiran yang kacau-balau
dan penuh rasa kasihan dan tanggung jawab sama anaknya itu, mereka berusaha
untuk bisa mencari Denny dengan harapan bersedia menolong anak yang malang itu.
Tiba-tiba mereka punya ide untuk membuat iklan dibeberapa koran dikotanya untuk
mencari dan minta bantuan orang yang pernah memperkosa Maisaroh untuk bersedia menjadi
donor bagi anak gadisnya itu.
Sebagaimana biasanya setiap Minggu sore, Denny dan Sunarti menikmati
waktu santai minum teh sambil membaca koran sore. Tanpa sengaja mereka membaca sebuah iklan yang sangat mengundang
perhatian : “Seorang ibu bernama Maisaroh
mencari seseorang yang pernah memperkosanya beberapa tahun yang lalu, bukan
untuk diperkarakan. Tapi untuk diminta kesediaannya untuk mendonorkan sumsum
tulang belakang bagi anak hasil pemerkosaannya yang sedang menderita penyakit
leukimia”. Tiba-tiba Denny dan Sunarti diskusi serius memperbincangkan
iklan itu. “Saya betul-betul mengagumi
Maisaroh, bila saya diposisinya mungkin tidak berani memelihara anak hasil
pemerkosaan itu”, kata Narti. Tapi
aku jauh lebih mengagumi Parto lagi yang bersedia menerima dan membesarkan anak
itu, dia seorang pria yang berhati mulia katanya kepada Denny. Selanjutnya
Denny bertanya kepada Narti, “Bagaimana
penilaianmu terhadap si pemerkosa itu?” Kurang ajar, tidak ada ampun
baginya.
Beberapa
hari kemudian Denny pulang agak siang dari kantornya tidak sebagaimana biasanya
dia pulang sore menjelang magrib. Dia mengajak Narti jalan-jalan ke pinggiran
kota. Siang itu wajahnya kelihatan agak pucat. Mungkin lagi banyak masalah
dikantornya pikirnya Narti. Tapi tak lama kemudian Denny berbicara serius.
“Narti, sepertinya akulah yang dicari di
koran itu, dan aku ingin menolong anak itu”. Narti berusaha tenang dan mencoba memandang
tatapan mata suaminya apakah dia bercanda.
Tatapan matanya mengatakan bahwa dia serius. Bagaikan disambar petir, hampir
pingsan Narti tidak sanggup berkata apa-apa. “Penipu kau”, teriaknya. Dengan
pikiran yang kacau dia berlari kerumahnya dan mengajak kedua anaknya pulang ke
rumah orang tuanya.
Memang
sudah sepatutnya kau marah dan benci atas tingkahlaku suamimu dimasa lalu itu,
kata ibunya. Tetapi coba kau renungkan, kemauan dia mengakui hal itu tentu saja
merupakan suatu keberanian yang luar biasa. Hal itu membuktikan bahwa hati
nuraninya belum mati sepenuhnya. “Apakah kamu lebih memilih seorang suami yang
melakukan kesalahan dimasa lalu tapi mau mengakui kesalahannya dan ingin
menebus kesalahannya, atau seorang suami yang selamanya menyimpan kebusukannya
hingga akhir hidupnya?” Nasehat orang
tuanya memberi kesadaran baginya untuk membuang jauh-jauh sikap egois dan rasa
kebencian dan kekecewaan yang sangat mendalam di hatinya. Dua hari kemudian dia
pulang kerumahnya dan meminta suaminya untuk segera menolong anak yang malang
itu.
Semua
orang punya kekurangan dan kesalahan, tetapi ketika dia mau mengakui dan
memperbaiki dirinya, patutlah dia dimaafkan. Memberikan maaf kepada seseorang
bukanlah perkara gampang, tetapi dengan mempunyai hati yang terbuka dan lapang,
akan membuat kita mampu memaafkan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar