Kamis, 07 Agustus 2014

MAU MENYOGOK DAN MENIPU TUHAN



          Mendengar atau mengetahui seseorang melakukan sogok atau penipuan bukan lagi merupakan hal yang aneh atau asing lagi bagi kita. Bahkan ada ucapan yang sangat ekstrim yang mengatakan bahwa sogok atau suap seakan-akan sudah menjadi budaya bangsa kita saat ini. Melakukan sogok atau penipuan itu biasanya dilakukan untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok dalam rangka  mewujudkan suatu usaha dan keinginan atau mau melepaskan diri dari suatu masalah atau bahaya yang bisa mengancam diri si penyogok atau si penipu. Yang disogok itu pastilah manusia, apakah dia manusia biasa, pejabat, penguasa ataupun aparat penegak hukum. Karena hal seperti itu mungkin sudah terlalu sering kita dengar atau kita lihat, maka hal tersebut kita anggap merupakan peristiwa biasa-biasa saja. Akan tetapi, tentu saja  menjadi luar biasa kalau yang mau disogok atau ditipu itu adalah TUHAN. Karena ada juga manusia ingin menyogok atau mempengaruhi Tuhan walaupun kenyataannya tidak pernah jadi karena pada akhirnya manusia itu hanya ingin mengakali dengan  menjalankan tipu muslihat.

           Seorang pemuda di suatu desa pada suatu hari memanjat sebatang pohon kelapa yang sangat tinggi. Pada waktu memanjat pohon kelapa itu  sampai di puncak, dia tidak merasa ada masalah atau rasa takut.  Hingga selesai memetik beberapa buah kelapa yang diinginkan, dia tidak pernah melihat kebawah. Akan tetapi ketika mau turun dia melihat kebawah, ternyata pohon kelapa yang dipanjatnya itu sangat tinggi, maka seketika dia gemetaran dihantui ketakutan yang luar biasa takut jatuh. Untuk mengatasi ketakutannya si pemuda itupun berdoa dan memohon kepada Tuhannya. “Tuhan tolonglah aku, apabila aku tidak jatuh maka nanti akan kupersembahkan kepadaMu seekor kerbau katanya”. Setelah berdoa dia mulai turun pelan-pelan hingga pertengahan.  Setelah melihat kebawah dia merasa bahaya kejatuhan yang menghantuinya sedikit agak berkurang dan untuk keduakalinya diapun berdoa sambil mengurangi penawarannya, Tuhan aku meralat persembahanku berhubung kerbauku hanya satu ekor maka yang akan kupersembahkan adalah sapi katanya. Setelah berdoa diapun turun lagi beberapa meter lalu melihat kebawah dan merasa bahaya yang dihadapinyapun semakin berkurang, maka untuk ketigakalinya diapun berdoa lagi sambil mengurangi penawarannya, Tuhan aku ingin meralat lagi persembahanku ternyata sapiku juga hanya satu ekor maka yang akan kupersembahkan adalah kambing katanya. Setelah berdoa diapun turun lagi semakin kebawah dan setelah melihat kebawah, dia memperkirakan tinggal seperempat lagi ketinggian yang harus dituruni, maka diapun berdoa lagi untuk keempatkalinya, Tuhan aku meralat lagi persembahanku untuk yang terakhir kali, aku baru sadar rupanya kambingku juga hanya satu ekor maka yang akan kupersembahkan adalah ayam. Selanjutnya diapun turun semakin kebawah dan setelah dia melihat tinggal dua meter lagi sampai kebawah, maka ketakutannyapun sudah hilang. Karena  merasa tidak ada lagi bahaya yang mengancamnya dan tidak rela mempersembahkan apapun, maka diapun berpikir untuk bisa mengakali atau menipu Tuhan. Tiba-tiba dia menjatuhkan diri dan setelah jatuh diapun berkata, Tuhan tidak jadilah ayamnya kupersembahkan karena ternyata aku jatuh juga katanya dengan hati yang lega karena merasa bisa menipu Tuhan. 

          Demikianlah sikap kebanyakan manusia di dunia ini, apabila dalam keadaan terdesak atau hidupnya diambang maut, seakan-akan bersedia mengorbankan apapun yang dimiliki kepada siapapun yang dianggap bisa menyelamatkannya, walaupun dewa penolong itu itu pernah menuntut apapun dari dirinya. 

          Tuhan tidak perlu disogok, karena Tuhan tidak kurang kaya dan tidak pernah kekurangan apapun karena Tuhan Maha Kuasa,  mampu menciptakan segala sesuatu. Kalupun kita mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, itu hanyalah merupakan ujud dari rasa terimakasih kita atas segala berkat diberikan Tuhan dalam kehidupan kita.

          Tuhan tidak bisa dan tidak perlu ditipu, karena Tuhan hanya menginginkan kejujuran kita.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar