Kamis, 19 Juni 2014

WASIAT YANG MENAKUTKAN



          Semua orang tua pada umumnya punya impian dan pengharapan agar kehidupan anak-anak dan keturunannya lebih baik daripada kehidupannya sendiri. Berbagai hal dapat dilakukan guna mewujudkan impian dan harapan dimaksud. Memberikan pendidikan yang lebih baik dan bermutu. Membimbing dan menuntun kejalan yang benar, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan punya arti. Atau mencapai kehidupan yang lebih mulia dan bermakna daripada hanya sekedar hidup.

          Namun apakah hidup itu sesungguhnya? Apakah hidup itu adalah ibarat mobil dan kita adalah sopirnya? Sepenuhnya dibawah kontrol dan kendali kita, tergantung pada kita akan dibawa kemana? Ataukah hidup ini laksana mesin raksasa , dimana kita ini Cuma salah satu sekerupnya? Tak punya kuasa apa-apa atas hidup kita sendiri. Kita memang kadang-kadang tidak punya kuasa akan hidup kita. Dan bila kita tidak punya kuasa atas hidup ini, lantas siapa yang punya kuasa? Apakah yang punya kuasa itu adalah yang kita sebut “nasib”? Bahwa setiap orang telah tertentu nasibnya, seperti tampak pada suratan ditelapak tangannya? Bahwa si A akan pendek umurnya, karena begitulah suratan tangan tentang usianya. Tetapi si B akan selalu mujur, karena daun telinganya lebar dan ujungnya tertekuk kedalam.

          Benarkah nasib kita ditentukan peredaran bintang-bintang? Sebab itu si C yang berbintang Scorpio sebaiknya jangan memilih si D yang berbintang Virgo sebab pasti tidak cocok. Ataukah memang hidup manusia itu tidak punya arah, karena tak ada yang mengarahkannya? Bahwa semua itu terjadi cuma kebetulan-kebetulan dan hidup kita dapat diombangambingkan seperti sabut kelapa ditengah lautan. 

          Salah satu hal yang sering dilakukan orang tua untuk menggapai masa depan anak-anaknya yang lebih baik adalah memberikan warisan. Namun disadari bahwa warisan tidak selalu memberi jaminan membuat kehidupan lebih baik dan bermakna serta lebih mulia.  Adakalanya warisan menjadi sumber malapetaka bagi anak-anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya. Banyak orang tidak kuasa mengendalikan hawa nafsunya untuk lebih menguasai dari yang lain, mendapatkan lebih banyak dari yang lainnya yang pada akhirnya menimbulkan iri hati dan dengki. Seorang ayah mewariskan harta kekayannya kepada anak-anaknya dengan menuliskan wasiat yang berbunyi : “Hai anak-anakku sekalian, saya mewariskan semua harta benda ini untuk dikelola bersama dan dipelihara secara bersama-sama dan hasilnya dinikmati serta dipergunakan bersama untuk mencapai hidup dan kehidupan yang lebih baik dan lebih mulia”. Namun apabila diantara kamu tidak terdapat kesepakatan dan kesepahaman untuk mengelola dan menikmati secara bersama sebagaimana saya harapkan, “serahkanlah semuanya itu kepada Panti Asuhan yang membutuhkannya.” Sungguh mengharukan dan menakutkan bunyi surat wasiat tersebut dirasakan oleh anak-anaknya. Mereka diliputi rasa takut. “Takut bertengkar, takut berselisih, takut tidak sepakat, takut tidak sepaham, takut lebih menguasi, takut minta lebih banyak dan berbagai ketakutan lainnya”. Ketakutan tersebut mendorong mereka untuk selalu bersepakat, seia sekata mendiskusikan permasalahan yang ada demi kebersamaan atas warisan untuk kehidupan yang lebih bermakna dan lebih mulia.

          Sesungguhnya salah satu yang berkuasa atas hidup ini adalah “ketakutan” dan yang paling berkuasa atas kehidupan kita adalah Pencipta kita, Tuhan kita yang harus kita “takuti” karena kebenaran dan kemuliaanNya.
Anda punya warisan? Takutlah akan kebenaran penggunaannya, agar hidupmu lebih bermakna dan lebih mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar