Rabu, 11 Juni 2014

SEORANG AYAH BELUM TENTU MENJADI SEORANG BAPA


Suatu ketika saya berkunjung ke rumah seorang rekan. Begitu masuk dan duduk di ruang tamu, saya membaca suatu tulisan yang sangat menarik perhatian yang berbunyi “semua laki-laki bisa menjadi ayah, namun belum tentu semua bisa menjadi bapa”. Hampir seperempat jam saya termenung, sambil menunggu rekan situan rumah yang kebetulan sedang mandi, mencoba berpikir memahami atau  memaknai tulisan tersebut.  Dalam pikiran saya seorang ayah tentulah menjadi seorang bapa atau dengan kata lain seorang ayah sama dengan seorang bapa. Tak lama setelah situan rumah duduk di ruang tamu, keinginan dan rasa penasaran saya untuk mencari tahu arti dari kalimat diatas sudah tidak terbendung lagi. Apa artinya tulisan itu, apa bedanya ayah sama bapa? demikian saya tanya dengan penuh rasa penasaran. Tentu saja beda kata rekan saya dengan jawaban yang lugas dan tegas. Karena kita sudah pasti menjadi ayah dari anak-anak kita, tapi belum tentu menjadi bapa.

          Kita otomatis menjadi ayah akibat kelahiran anak-anak kita, namun menjadi bapa itu menyangkut tanggungjawab. Sebagai ayah, otomatis kita memberikan marga bagi anak-anak kita, sedangkan sebagai bapa harus mempersiapkan perilakunya. Sebagai ayah kita bisa menyediakan kebutuhan jasmaninya, seperti makan, pakaian, sekolah, namun sebagai bapa kita dituntut harus  menyediakan kebutuhan rohaninya seperti iman, perilaku dan tanggungjawab.

          Tanpa dididik atau diajaripun seorang anak sudah pasti menjadi marga Siregar, karena ayahnya Siregar atau marga Sanger karena ayahnya Sanger. Oleh karena itu menjadi  bapa jauh lebih berat ketimbang hanya sekedar menjadi ayah karena tentu saja menyangkut pertanggungjawaban mengenai akhlak dan perilaku serta masa depan anak-anak kita. 

          Namun yang pasti kita tahu, bahwa banyak laki-laki yang sudah menjadi ayah dari banyak anak, apakah karena isterinya melahirkan banyak anak atau karena sering kawin, entah itu karena isterinya meninggal atau cerai atau hal lain, tapi belum tentu dia sudah menjadi bapa.
Tentu saja cerita tersebut diatas sekaligus menjadi pertanyaan yang perlu kita jawab sebagai laki-laki atau sebagai ayah, apakah kita sudah menjadi Bapa.  Pertanyaan penting selanjutnya, “apakah anda ingin menjadi ayah sekaligus menjadi bapa bagi anak-anakmu?” bila jawabannya “ya”, maka bertanggungjawablah menyediakan kebutuhan rohani anak-anakmu menyangkut iman, akhlak dan perilakunya disamping  tentu saja kebutuhan jasmaninya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar