Suatu ketika saya berkunjung ke rumah seorang rekan. Begitu masuk dan duduk di ruang tamu, saya membaca suatu tulisan yang sangat menarik perhatian yang berbunyi “semua laki-laki bisa menjadi ayah, namun belum tentu semua bisa menjadi bapa”. Hampir seperempat jam saya termenung, sambil menunggu rekan situan rumah yang kebetulan sedang mandi, mencoba berpikir memahami atau memaknai tulisan tersebut. Dalam pikiran saya seorang ayah tentulah menjadi seorang bapa atau dengan kata lain seorang ayah sama dengan seorang bapa. Tak lama setelah situan rumah duduk di ruang tamu, keinginan dan rasa penasaran saya untuk mencari tahu arti dari kalimat diatas sudah tidak terbendung lagi. Apa artinya tulisan itu, apa bedanya ayah sama bapa? demikian saya tanya dengan penuh rasa penasaran. Tentu saja beda kata rekan saya dengan jawaban yang lugas dan tegas. Karena kita sudah pasti menjadi ayah dari anak-anak kita, tapi belum tentu menjadi bapa.
Kita
otomatis menjadi ayah akibat kelahiran anak-anak kita, namun menjadi bapa itu
menyangkut tanggungjawab. Sebagai ayah, otomatis kita memberikan marga bagi
anak-anak kita, sedangkan sebagai bapa harus mempersiapkan perilakunya. Sebagai
ayah kita bisa menyediakan kebutuhan jasmaninya, seperti makan, pakaian,
sekolah, namun sebagai bapa kita dituntut harus
menyediakan kebutuhan rohaninya seperti iman, perilaku dan
tanggungjawab.
Tanpa dididik atau diajaripun seorang anak sudah pasti
menjadi marga Siregar, karena ayahnya Siregar atau marga Sanger karena ayahnya
Sanger. Oleh karena itu menjadi bapa
jauh lebih berat ketimbang hanya sekedar menjadi ayah karena tentu saja
menyangkut pertanggungjawaban mengenai akhlak dan perilaku serta masa depan
anak-anak kita.
Namun yang pasti kita tahu, bahwa banyak laki-laki
yang sudah menjadi ayah dari banyak anak, apakah karena isterinya melahirkan
banyak anak atau karena sering kawin, entah itu karena isterinya meninggal atau
cerai atau hal lain, tapi belum tentu dia sudah menjadi bapa.
Tentu saja cerita tersebut diatas sekaligus menjadi pertanyaan yang perlu kita jawab sebagai laki-laki atau sebagai ayah, apakah kita sudah menjadi Bapa. Pertanyaan penting selanjutnya, “apakah anda ingin menjadi ayah sekaligus
menjadi bapa bagi anak-anakmu?” bila jawabannya “ya”, maka
bertanggungjawablah menyediakan kebutuhan rohani anak-anakmu menyangkut iman,
akhlak dan perilakunya disamping tentu saja
kebutuhan jasmaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar