Mendengar
judul tulisan tersebut diatas, sepintas mungkin kita bisa bingung memaknainya.
Namun kalau kita renungkan dengan cermat judul tulisan dimaksud bisa kita
maknai sebagai satu sifat atau sikap dari seseorang yang sirik atau berjiwa
kerdil terhadap orang lain atau
sesamanya. Sifat atau sikap tersebut
juga merupakan salah satu dari sekian banyak sifat atau sikap manusia insan dunia yang memang serba unik dan
penuh misteri.
Dikatakan serba unik dan penuh misteri karena
seringkali logika berpikir kita bertolak belakang dengan kenyataan yang ditunjukkan. Kalau
biasanya kita menganggap orang tertawa dan menangis itu terkait dengan situasi
atau kondisi suka atau duka, namun kenyataan kita bisa melihat orang
tertawa dengan penderitaan orang lain
dan bersedih bahkan menangis dengan kebahagiaan orang lain atau dengan kata
lain “Senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang”. Disamping itu
masih terdapat keadaan yang serba misteri terdapat didalam diri manusia itu,
karena manusia menangis tidak selalu berhubungan dengan duka, tetapi bisa juga
berkaitan dengan suka. Sebaliknya tertawa juga tidak selalu berhubungan dengan
rasa lucu atau lelucon, tapi bisa juga karena menertawakan diri sendiri.
Kenyataan bisa kita lihat bahwa
manusia itu memang tergolong makhluk penuh misteri. Talenta dan potensi yang
dimiliki manusia mampu menciptakan hal-hal yang sangat mengagumkan. Beberapa
ilmu pengetahuan dan teknologi canggih karya besar manusia merupakan contoh
nyata yang bisa kita lihat. Dunia
rasanya semakin kecil dan sempit dengan komunikasi dan teknologi informasi yang
semakin canggih. Apa yang terjadi dibelahan dunia lain pada waktu dan
kesempatan yang sama dapat kita ketahui dimanapun kita berada. Pergeseran
nilai-nilaipun berobah dengan begitu cepat. Kalau sebelumnya orang tua hanya
memberikan kasih sayang kepada anak cucu, sekarang anjing dan kucingpun sudah
menjadi tumpahan kasih sayang orang tua, bahkan bisa melebihi kasih sayang sama
anak cucu, karena anjing dan kucingnya bisa tiap bulan diperiksakan ke dokter
hewan spesialis.
Situasi seperti ini mungkin akan
terus berjalan dengan cepat sesuai dengan perubahan dan tuntutan zaman yang
akan merubah gambaran atau wajah manusia modern menjadi permisif. Salah satu
dari penyakit manusia modern permisif ini adalah senang melihat orang susah dan
susah melihat orang lain senang. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Hal itu
merupakan cerminan dari hati dan pikiran yang kacau balau, pikiran yang
dikuasai nafsu atau syahwat serta tindakan yang tidak terkontrol.
Alim
ulama, rohaniawan dan tokoh-tokoh agama serta para budayawan bukan lagi
dianggap orang patut ditiru dan
diteladani untuk kehidupan yang lebih baik dan lebih mulia. Manusia telah
terbiasa mempertontonkan sikap dan perilaku tidak terpuji terhadap sesamanya.
Manusia sudah menjadi serigala bagi sesamanya. Peristiwa dan kasus-kasus
kejahatan yang menjadi tontonan setiap hari telah mendorong para pakar meneliti berbagai sikap atau
perilaku manusia itu. Hasil penelitianpun memunculkan pertanyaan mencengangkan banyak
pihak. Dimana muncul pertanyaan yang mengatakan “besok siapa yang mau kita makan” bukan “besok apa yang mau kita makan”.
Mereka sudah punya daftar siapa yang mau dimangsa dan selanjutnya mereka
membuat strategi bagaimana cara menjebak para mangsa tersebut.
Senjata dan strategi mereka sangat ampuh untuk
melumpuhkan dan melahap para mangsanya. Berbagai tokoh telah diseret dan
digorok termasuk yang memiliki status sosial yang tinggi dan sangat terpandang.
Berbagai macam pertanyaan muncul ditengah-tengah orang awam, siapa diantara
mereka kedua belah pihak yang beradab? Atau mungkin kedua belah pihak justru
sama-sama orang biadab. Yang satu pihak memangsa karena kebutuhannya tidak ada
cukupnya sementara yang dimangsapun
tidak tau diri karena hanya berlindung dibawah kekuasaannya. Oleh karena itu,
hai manusia dunia sadarlah dan kembali
kejalan yang benar. Sehingga jangan ada lagi “Senang melihat orang susah dan
Susah melihat orang senang”, agar manusia hidup dalam kedamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar