Belas
kasihan atau kasih tidak selalu berkembang secara otomatis di dalam diri
seseorang. Kasih yang tulus bisa dimiliki seseorang yang murah hati terhadap
seseorang yang tidak dikenal karena dibangkitkan atau diperhadapkan dengan keadaan atau kondisi mereka yang membutuhkan kasih
atau pertolongan. Belas kasihan juga
akan terus bertambah dalam diri kita saat kita bermurah hati kepada sesama,
walaupun itu musuh atau orang yang pernah menyakiti dan membenci kita.
Suatu
ketika seorang teman menabrak dua orang anak muda yang naik sepeda motor dengan
sangat kencang dan melawan arah. Kedua anak muda tersebut rupanya adalah
jambret yang dengan perasaan panik melarikan diri dengan laju yang sangat
kencang setelah merampas tas seorang ibu dipinggir jalan. Karena laju sepeda motor yang sangat kencang
dan melawan arah tersebut, maka teman saya tidak bisa menghindari tabrakan
dengan sepeda motor tersebut. Sepeda motor tersebut hancur dan rusak parah sedangkan
kedua anak muda itu luka parah dan
kondisinya kritis. Ditengah kerumunan orang banyak yang mengejar kedua jambret tersebut,
teman saya langsung turun dari mobilnya dengan cepat mengangkat keduanya
kedalam mobil dengan maksud untuk dibawa ke rumah sakit terdekat. Orang banyak
yang berkerumun itu berteriak-teriak dan mengatakan kepada teman saya untuk tidak menolong penjambret
itu dan memperingatkan dia bahwa tindakannya itu bisa menjadi bumerang, dimana
nanti dia akan dituduh sebagai penabrak kedua anak muda tersebut. Namun teman saya tersebut tidak menuruti
anjuran orang banyak yang berkerumun ditempat itu, karena berpikir, “Belas kasihan tidak pernah salah dan
menjadi contoh yang buruk”.
Banyak
orang yang membatalkan belas kasihan dihatinya karena pertimbangan atau alasan
yang dianggapnya logis, akan tetapi sebenarnya salah besar menurut kasih.
Banyak orang dikota besar mengalami krisis kasih. Seringkali orang korban
tabrak lari dijalanan tidak ada orang yang mau menolongnya dengan alasan atau pertimbangan
takut menjadi bumerang bisa jadi sipenolong dituduh justru yang menabraknya. Sebenarnya belas kasihan
tidak terletak pada logis atau tidak, atau pantas atau tidak seseorang ditolong
atau diampuni. Contoh lain, sebagian
orang menganggap memberi sumbangan kepada pengemis dijalanan adalah tindakan
pembodohan, karena menganggap semua pengemis itu sama saja, malas bekerja
sehingga tidak perlu ditolong. Tetapi tidak demikian dengan orang-orang yang
memiliki belas kasihan dan tidak menganggap semua pengemis jalanan adalah
orang-orang malas yang tidak perlu ditolong, tapi ada juga yang patut ditolong,
sehingga dengan berbagai cara akan menyatakan kasih dan kepedulian mereka
kepada siapa saja yang patut diberi pertolongan atau uluran tangan.
Bagaimana
pula jika suatu ketika orang yang sudah pernah menyakiti atau membenci kita
membutuhkan pertolongan kita, walaupun mereka tidak mau dan tidak berani
meminta pertolongan kita? Apakah kita bersedia proaktif memberikan kasih atau
pertolongan kepada mereka? Tentu saja kalau kita merupakan manusia yang hidup
dalam kasih, tidak perlu memandang mereka sebagai musuh yang harus dibenci,
sebaliknya kita akan mengulurkan tangan karena mereka adalah orang-orang yang
perlu ditolong. Jika kita telah melakukan hal itu, pertanda kita telah hidup
dalam kasih. Ingatlah KASIH TIDAK PERNAH
SALAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar