Kita mungkin semua sepakat dan mengakui bahwa
kejujuran merupakan sesuatu hal yang semakin sulit dan makin mahal untuk
ditemukan belakangan ini. Yang lebih menyedihkan lagi, pihak-pihak yang
seharusnya menjadi teladan kejujuran justru mulai ikut-ikutan berbuat tidak
jujur. Maka sebelum situasi semakin
parah, keberanian untuk bersikap tegas memerangi ketidakjujuran amat diperlukan. Hal inilah
yang ditunjukkan oleh pemerintah kota Bihar, India.
Beberapa
saat yang lalu, pemerintah kota Bihar menyatakan bahwa sekitar 1.600 siswa
telah dikeluarkan dari seklolah setelah tertangkap basah mencontek saat
mengikuti ujian akhir SMA. Para siswa mencontek dengan menigintip jawaban dari
buku atau catatan kecil. Bahkan dalam beberapa kejadian, aksi ini juga dibantu
oleh orang tua mereka. Para orang tua yang ikut mengawasi jalannya ujian sering
melempar jawaban kepada anaknya, atau menitipkan jawaban pada orang lain.
Maklum saja, mencontek sepertinya sudah menjadi kebiasaan di kota Bihar.
Pihak
Departemen Pendidikan kota Bihar kemudian memutuskan bertindak tegas dengan
mengeluarkan para siswa yang ketahuan mencontek. Mereka yang dikeluarkan baru
bisa mengikuti ujian ulang tiga tahun kemudian. Sementara orang tua yang
tertangkap basah membantu anaknya, mereka didenda hingga 2.000 rupee atau
dipenjara enam bulan. Apakah hukuman itu
terlalu kejam? Jelas tidak . Pihak Departemen Pendidikan tidak hanya
ingin menghentikan kebiasaan mencontek, tetapi juga ingin mengubah masa depan
penduduk Bihar. Asal tahu saja, Bihar merupakan wilayah termiskin di India
dengan tingkat buta huruf mencapai 36 %. Bila masyarakat Bihar ingin memiliki
masa depan yang lebih baik, maka semua kebiasaan buruk harus dihentikan mulai
saat itu. Salah satu kebiasaan mencontek menjadi bukti bahwa mereka bukanlah
orang-orang jujur.
Kesadaran untuk tidak melakukan kecurangan seperti mencontek saat ujian,
sebenarnya merupakan satu contoh kecil tentang kwalitas kejujuran yang ada
dalam diri seseorang. Namun jika seseorang tidak bisa jujur dalam perkara kecil, adakah jaminan kalau ia
akan mampu jujur dalam perkara yang lebih besar? Jelas tidak, “Orang yang bisa dipercaya dalam hal-hal
kecil, bisa juga dalam hal yang besar. Tetapi orang yang tidak bisa dipercaya
dalam hal-hal kecil, tidak bisa dipercaya juga dalam hal-hal besar”.
Kadang-kadang kita menyangka kalau kejujuran adalah hanya kesediaan
untuk berbicara apa adanya. Katakan ya bila ya, dan tidak bila tidak. Pemahaman
seperti itu memang tidak salah. Namun harus disadari bahwa kejujuran tidak
hanya terkait dengan apa yang kita katakan, tetapi juga dengan apa yang kita
lakukan. Bila perkataan dan tindakan kita bisa sejalan dalam kejujuran, itulah
yang disebut sebagai integritas diri yang positif. Yang menjadi masalah, berani bersikap jujur
dalam perkataan, dan tindakan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Namun hal itu tidak akan pernah menjadi terlalu sulit bila kita terus mengingat
betapa besarnya dampak yang akan kita terima kelak.
Suatu
kali ada seorang pengemis tua bernama Billy Ray Harris. Hari itu ia sedang
mengemis dan seorang wanita memberinya sedekah. Beberapa saat setelah wanita
itu pergi, Harris iseng-iseng mengangkat kaleng yang dipakainya mengumpulkan
sedekah untuk menghitung isinya. Tak disangka-sangka, selain koin ternyata ada
sebuah cincin berlian didalamnya.
Sementara itu sang wanita yang bernama Sarah Darling, langsung panik
saat mengetahui cincinnya hilang. Ia bergegas kembali ketempat si pengemis
tadi, tetapi tidak mendapatinya lagi. Keesokan harinya ia kembali lagi kesitu
dan kali ini ia bertemu Harris. Ia bertanya apakah Harris menemukan sebuah
benda berharga. Dengan jujur, Billy mengatakan, “Ya, saya sengaja menyimpannya
dan akan menyerahkan pada Anda saat kembali lagi kesini”.
Kejujuran Billy menyentuh hati Sarah dan suaminya.
Pasangan tersebut segera menggalang bantuan online dengan menulis cerita
kejujuran seorang pengemis yang mau mengembalikan sebuah cincin berlian pada
pemiliknya. Dalam 30 hari terkumpul sumbangan sebesar US$0.383 (sekitar Rp.1,2
milyar). Mendapat hadiah sebanyak itu Harris amat terkejut. Sebab menurutnya,
yang ia lakukan sudah sepantasnya dilakukan sebagai seorang manusia. Itu bukan
sesuatu hal yang luar biasa.
Bagaimanapun, apresiasi itu juga meneguhkan betapa kejujuran dirindukan
setiap insan. Kiranya, kisah ini jadi inspirasi bagi kita untuk selalu jujur.
Bukan hanya masyarakat dari kalangan bawah, tetapi juga para pejabat
pemerintah. Kejujuran adalah perisai bagi mereka yang melakukannya.
(ryu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar