Sabtu, 24 Mei 2014

BERAPA KALI KITA HARUS GAGAL



          Kegagalan adalah satu hal yang sering menakutkan bagi siapa saja melakukan usaha bisnis.  Biasanya orang lebih suka membicarakan atau atau mempelajari bagaimana caranya sukses bukan bagaimana mengatasi kegagalan, walaupun itu merupakan dua hal yang sama pentingnya. Padahal, sekali lagi, dalam kenyataannya orang lebih takut pada kegagalan ketimbang pada kesuksesan. 

          Menurut Napoleon Hill, “setiap kegagalan membawa benih-benih keberuntungan yang besar”. Artinya, bila kita ingin memiliki benih keberuntungan yang besar, maka kita memerlukan suatu kegagalan. Dalam realitas dan bahasa sederhana, omong kosong kalau ada yang mengatakan bahwa orang yang sukses dan memiliki keberuntungan besar tidak pernah mengalami kegagalan.

          Sebenarnya kegagalan adalah bagian dari hidup kita, sama dengan kesuksesan dalam segala hal. Contoh paling sederhana, kalau kita melihat seorang bayi yang baru belajar jalan pasti sering gagal atau jatuh karena keseimbangannya yang masih kurang baik. Tapi, tetap saja si bayi itu mencoba dan mencoba lagi gagal dan gagal lagi. Sampai suatu saat bisa berjalan dengan lancar. Demikian juga halnya waktu belajar lari seringkali gagal sampai bisa berlari dengan kencang.

          Mengapa bayi tidak takut kepada kegagalan yang berulang-ulang itu? Yang pertama karena ada faktor internal yang kuat, yakni :
a. Dorongan yang luar biasa besar untuk dapat berjalan dan berlari. Dorongan ini melahirkan semangat yang terus menerus dan mengalahkan “kesakitan” pada waktu jatuh atau gagal dalam berjalan dan berlari.
b. Keyakinan yang besar bahwa dia akan bisa melakukannya. Entah dari mana sumbernya, tapi keyakinan ini sangat tampak dari mimik muka yang selalu ceria untuk mencoba dan mencoba lagi tanpa ada rasa putus asa.
c. Ada sukacita tak terkira apabila berhasil melakukannya. Biasanya setiap bayi berhasil berjalan beberapa langkah saja, meski harus jatuh berkali-kali, akan tertawa kegirangan setelah berhasil memegang tembok didepannya. 

Yang kedua adalah faktor eksternal yang mendukung, yakni :
a. Adanya orang tua atau pengasuhnya yang membantu memegangi tangannya yang sekali-kali melepaskannya. Ini membuat sang bayi merasa aman dan dekat dengan orang yang menjaganya, sehingga dia tidak ragu untuk mencoba dan mencoba terus.
b. Ada yang memberi penghargaan dengan ciuman atau pelukan bila sudah bisa tembok didepannya dengan berjalan sendiri.

          Kita bisa belajar dari si bayi. Adakah dorongan yang sangat kuat didalam diri kita untuk berhasil menjalankan usaha atau bisnis kita. Adakah keyakinan yang sangat besar bahwa kita bisa melakukan bisnis dengan baik?  Dan adakah sukacita yang sungguh-sungguh bila bisnis kita berhasil. Kita harus bisa menjawab dengan tegas “ada”. Bila jawabannya, “tidak” maka jangan harap kita akan memiliki ketabahan dalam menghadapi setiap kegagalan saat membangun suatu usaha atau bisnis. Faktor eksternal juga penting. Maka kita harus mencari Pembantu dan Pendukung kita yang kuat. Faktor eksternal yang kedua, kita harus tidak segan untuk memberikan penghargaan pada diri sendiri bila telah mencapai suatu keberhasilan, betapapun kecilnya keberhasilan itu. Misalnya, merayakan bersama keluarga atau rekan sejawat dengan makan bersama di restoran favorit. Juga bisa dengan menyumbang untuk berbagai aktivitas sosial seperti gereja, panti asuhan atau mesjid. Intinya kita harus sungguh-sungguh merasa  sukacita, karena telah mengalami suatu keberhasilan, agar ada dorongan serta semangat yang lebih besar untuk melangkah lebih jauh lagi kedepan.

          Kegagalan tidak perlu ditakuti apalagi menjadi momok yang menghambat langkah kita dalam berusaha atau berbisnis. Ada seorang rekan pengusaha kawakan yang sudah sukses berkata, “Kita perlu setidaknya empat kali gagal total untuk mencapai sukses besar dalam bisnis”. Kalau baru sekali dua kali bangkrut dalam bisnis, itu belum apa-apa. Dengan perkataan tersebut kita bisa mengartikan bahwa, gagal itu lumrah dan tidak perlu ditakuti, apalagi untuk menghambat kita untuk mencoba serta melangkah dalam bisnis. Kita harus melakukan segala usaha kita dengan cara yang terbaik yang bisa kita lakukan. Kalau setelah itu kita gagal lagi, itu berarti :
1. Kita harus instropeksi untuk mengetahui dimana kesalahannya.
2. Kita harus belajar lebih baik lagi agar bisa sukses.
3. Kita belum boleh naik kelas, karena untuk kelas yang kita jalani belum bisa lulus.

          Dengan kegagalan sebenarnya kita juga sedang membangun dasar atau pondasi suatu keberhasilan. Hampir sulit ditemukan orang sangat berhasil dan kuat dalam bisnisnya tidak mengalami suatu pengalaman kegagalan. Apakah itu gagal karena ditolak konsumen, gagal menciptakan produk yang unggul, atau gagal mengelola keuangan dan aset-aset lainnya. Kegagalan tidak harus memalukan dan belum tentu mematikan. Yang memalukan adalah kalau kita melakukan kegagalan yang sama dan kita ulangi lagi. Kita harus belajar dari kegagalan agar tidak mengulangi lagi. Hanya keledai yang mau jatuh dua kali di lobang yang sama.

          Tidak perlu dihitung berapa kali kita harus gagal. Yang penting adalah bangkit lagi setelah mengalami kegagalan. Karena kegagalan-kegagalan bila kita pelajari dengan baik pada akhirnya merupakan tangga mendaki untuk mencapai kesuksesan dan keberuntungan yang lebih besar.
   

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar