Tukiran
adalah seorang pemulung di kota Bekasi. Untuk menghidupi serta menanggulangi
kebutuhan keluarganya sehari-hari, dia setiap hari dari mulai matahari
terbit hingga matahari terbenam harus mendorong gerobaknya berkeliling untuk
mengumpulkan plastik, botol-botol bekas ataupun kaleng-kaleng bekas. Sebagai
seorang pemulung tentu saja penampilannya sangat lusuh dan dekil. Setiap hari
dia menggunakan jaket yang sama terus-menerus, sehingga jaket tersebut terlihat
sangat kotor. Sebagaimana biasanya para pemulung, apabila barang-barang bekas
tadi sudah terkumpul, dia akan menukarkan barang-barang bekas tersebut kepada penampung atau pabrik daur ulang untuk
mendapatkan uang. Kadang-kadang dia hanya makan sisa makanan dari sampah buangan warung nasi atau restoran.
Namun, disamping pekerjaannya sebagai pemulung dia juga selalu menyediakan
waktunya untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
terutama yang berkaitan dengan bisnis. Sehingga setiap malam dia menghabiskan
waktunya mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan bisnis di sebuah perpustakaan kecil di pinggiran kotanya.
Berkat
ketekunannya membaca berbagai buku dan literatur, maka wawasannya semakin luas,
khususnya dibidang ekonomi dan bisnis. Maka mulailah dia membeli saham dan
menginvestasikan uang yang dia kumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil
memulung plastik, botol bekas dan
kaleng-kaleng bekas. Hal tersebut dia jalani dengan tekun selama
bertahun-tahun. Tidak ada yang tahu, bahkan keluarganya sendiri, bahwa Tukiran
adalah seorang yang sangat bijaksana dan cerdas mengelola keuangannya. Namun
sayang, Tukiran meninggal dunia akibat
serangan jantung sebelum sempat
menikmati hasil usahanya. Setelah Tukiran meninggal, barulah diketahui
bahwa dia meninggalkan warisan yang jika dirupiahkan sudah mencapai nilai
ratusan juta rupiah. Walaupun Tukiran hanya seorang pemulung, dia tidak
mengasihani dirinya, tidak pernah mau menyalahkan keadaan atau mengeluh kenapa
hidupnya susah seperti itu. Tapi, dia bertekad memperbaiki kehidupannya yang
miskin. Walaupun dia tidak sempat
sepenuhnya menikmati hasil jerih payah dan kerja kerasnya, tapi tekad, kerja
keras dan ketekunannya patut diteladani.
Akhir-akhir
ini manusia cenderung mengharapkan sesuatu yang luar biasa terjadi dalam
kehidupannya, akan tetapi tidak mau berusaha dan bekerja keras. Akibatnya
banyak orang yang selalu mengeluh apabila diperhadapkan dengan keadaan atau
situasi yang sulit dan akhirnya menyalahkan keadaan, menyerah lalu pasrah.
Padahal, kalau kita mau berusaha keras, tidak ada yang sulit untuk membuat apa yang kita lakukan menjadi lebih berguna
untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, marilah meninggalkan cara hidup
yang malas dengan kehidupan yang lebih
giat dan tekun serta bekerja keras, karena dengan bekerja keras hidup kita akan
menjadi lebih baik. Ingatlah, pemalas hanya bisa mengeluh, tetapi pekerja keras
tidak akan pernah berhenti untuk terus berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar