Menurut berbagai literatur dan survei
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang menangani masalah pernikahan, dari
beberapa kesimpulan yang dianggap berpotensi untuk menimbulkan konflik bahkan
sampai terjadinya perceraian, salah satu faktor yang dominan adalah tidak
mampunya meciptakan waktu yang berkualitas. Beberapa masalah yang sering timbul
antara lain karena :
1. Komunikasi yang kurang baik
Cara
berpikir pria dan wanita seringkali mempunyai perbedaan yang besar, dimana
wanita sering lebih menonjolkan perasaannya sedangkan pria lebih menonjolkan
logikanya. Hal tersebut bisa menimbulkan komunikasi yang kurang baik yang pada
akhirnya menimbulkan alur pembicaraan yang menimpang dan kurang baik. Akibatnya komunikasi bisa
tersumbat dan tidak berjalan dengan baik.
2. Sifat Egois.
Satu
hal yang sering membuat pasangan suami isteri bertengkar adalah sifat egois.
Setiap orang memang pasti punya sifat egois dalam dirinya. Ketika sifat egois
itu muncul, pasangannya bisa jadi terabaikan dan tidak mendapat perhatian atau
layanan selayaknya. Ketika si suami pulang kerja dalam kondisi lelah, mungkin
dia langsung tidur pada hal isterinya sudah lama menunggu dan mengharapkan ada
waktu untuk bercengkerama dengan suaminya.
3. Sikap tidak saling mempercayai.
Sikap
tidak saling mempercayai merupakan salah salah satu sifat atau sikap yang
seringkali menimbulkan pertengkaran dalam hubungan suami isteri. Walaupun
hubungan suami isteri sudah berlangsung puluhan tahun tidak menjamin pasangan
itu sudah saling mempercayai. Menciptakan kehidupan yang saling percaya itu
memang kadang-kadang dibutuhkan waktu yang cukup panjang.
4. Rasa intim yang kurang terpelihara
Banyak
orang mengatakan masa berpacaran adalah masa paling indah dalam kehidupan. Akan
tetapi jarang sekali pasangan suami isteri yang sudah punya anak mau
menciptakan suasana kehidupannya seperti masa-masa berpacaran. Seringkali
kehadiran anak ditengah rumah tangga dianggap faktor yang bisa mengurangi keintiman suami isteri.
Mungkin ada baiknya sekali-sekali suami isteri pergi berduaan ketempat rekreasi
bahkan mungkin untuk menginap di hotel dengan menitipkan anaknya kepada orang
tua atau keluarga yang bisa dititipkan anaknya. Dengan demikian ada waktu yang bisa
dimanfaatkan yang bisa menciptakan suasana indah sewaktu masa berpacaran.
5. Masalah Ekonomi dan keuangan.
Seringkali
pasangan suami istri memiliki cara yang
berbeda dan bertolak belakang dalam mengatur atau mengelola keuangan keluarga, dan perbedaan ini bisa berpotensi menjadi sumber perselisihan.Untuk
mencegah timbulnya permasalahan dalam keluarga khususnya mengenai pengelolaan
keuangan, perlu dilakukan kesepakatan tentang manajemen pengelolaan keuangan
keluarga..
Untuk
kehidupan keluarga yang lebih bahagia perlu membuat kesepakatan untuk membangun
atau menciptakan waktu yang berkualitas dengan pasangan Anda. Banyak konsultan
atau penasehat perkawinan yang menyarankan sekali-sekali suami isteri perlu
pergi berduaan tanpa menyertakan anak-anak. Pasangan suami istri juga sering
disarankan untuk bisa melakukan honeymoon kedua, ketiga dan seterusnya. Pergi
berdua saja, apakah itu sekadar jajan atau makan malam, lebih baik lagi kalau
bisa menginap di hotel atau ke luar kota. . Tentu saja hal ini akan menguatkan
dan menghangatkan cinta antara suami isteri. Kesempatan itu bisa digunakan untuk membicarakan banyak hal, terutama mengenai
diri kita masing-masing. Hal itu juga bisa dilakukan untuk introspeksi,
evaluasi atau apa saja dengan jujur, terbuka hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan rumah tangga yang bahagia.
Coba
kita bayangkan, pada suatu senja menjelang matahari terbenam kita berdua duduk dipinggir Danau Toba menikmati beningnya air
danau, diiringi deburan ombak sambil menunggu matahari terbenam, romantis sekali bukan?
Dalam situasi seperti itu, pasti kita terhindar dari perselisihan atau pertengkaran.
Kondisi seperti itu bisa mendorong kita untuk membangun komitmen dan tekad membangun cinta kasih, demi keluarga yang
bahagia dan harmonis.
Seringkali
kita membuat alasan karena tidak tega meninggalkan anak, kita tidak mau pergi
berduaan. Padahal kepergian kita berdua itu adalah untuk kepentingan masa depan
mereka yang lebih baik juga. Kehadiran anak-anak ditengah-tengah rumah tangga
kita seringkali kita jadikan penyebab kurangnya perhatian pada pasangan. Padahal
kalau perhatian kita menjadi berkurang pada pasangan tidak akan menghasilkan
situasi yang lebih baik. Oleh karena itu komitmen, kesepakatan dan tekad diantara pasangan suami isteri harus tetap terjaga.
Komitmen, kesepakatan dan tekad itu bisa dijaga karena kita sudah lebih
mengenal pasangan secara lebih dalam, seiring dengan kualitas waktu yang sudah
berjalan.
Tidak
ada salahnya kalau anak-anak tidak selalu bersama dengan orangtua mereka. Misalnya,
menonton film di bioskop yang bukan
untuk anak-anak. Pada gilirannya, secara berkala kita juga harus merencanakan
waktu-waktu yang berkualitas bersama dengan mereka, apakah dengan rekreasi
bersama atau pergi berlibur bersama guna membangun kebersamaan dan kehangatan
dalam keluarga. Kita boleh memilih apakah dengan mengasihani anak-anak dan
membiarkannya “dimangsa” oleh keadaan dan lingkungan yang semakin tidak
bersahabat di zaman edan sekarang ini.
Ciptakanlah
waktu yang berkualitas baik untuk Anda pergi berdua saja dengan pasangan, atau
bersama-sama dengan anak-anakmu sekeluarga.