Sebagai seorang anak yatim Santo
tumbuh menjadi anak yang baik dan penurut, serta menjadi anak yang pintar di
sekolah. Semenjak duduk dibangku SD hingga kelas tiga SMP dia selalu menjadi
bintang kelas, suatu hal yang sangat menyenangkan dan membanggakan hati ibunya.
Namun sejak duduk dibangku SMA
seiring dengan pertumbuhan yang beranjak dari
remaja menjelang dewasa, ia berubah menjadi anak pemberontak. Ia mulai
sering bolos dari sekolah dan prestasinyapun jauh sekali menurun. Hal tersebut
juga dipengaruhi lingkungan kehidupannya, dimana ia tinggal dilingkungan yang
rawan tindak kejahatan dan marak peredaran narkoba. Sehingga dia bertumbuh
menjadi anak yang urakan dan berandalan.
Walaupun demikian, cinta kasih ibunya
tidak pernah berubah. Ibunya sangat mengasihi dia, setiap hari dan setiap malam
tidak pernah lupa mendoakannya. Dengan
tidak bosan-bosan ibunya selalu menasihatinya, tidak peduli apakah si anak
menutup telinga ketika ia berbicara kepadanya, ibunya tetap menasihatinya.
Dengan penuh cucuran air mata, ia memohon kepada Tuhan untuk melindungi anaknya
dari pergaulan buruk. Saat Santo sedang tidur, ibunya berlutut berdoa untuk dia
disamping tempat tidurnya. Santo mengetahui apa yang dilakukan ibunya.
Sebenarnya didalam hatinya ia mengasihi ibunya.
Namun, sekarang ia merasa sudah
tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda. Ia tidak mau mendengar nasehat-nasehat
ibunya lagi. Ia merasa bosan mendengar nasehat ibunya setiap hari, bahkan merasa
kupingnya sakit mendengar nasehat-nasehat tersebut. Sebagai seorang yang sudah
dewasa ia merasa sudah mampu menentukan jalan hidupnya.
Suatu ketika, saat
pulang sekolah seorang temannya mengajak dia ketempat perjudian. Dia berpikir
tidak ada salahnya kalau dia mencobanya, lalu pergi bersama teman-temannya.
Namun setiba didepan rumah judi tersebut, tiba-tiba ia teringat kepada ibunya. Dengan
sangat jelas terngiang ditelinganya nasehat-nasehat ibunya. Terbayang dimatanya
ibunya yang sedang berlutut, berdoa sambil menangis. Ia membayangkan perasan
ibunya sangat sedih kalau mengetahui ia berada ditempat perjudian itu.
Tiba-tiba langkah kakinya terasa berat untuk memasuki rumah judi tersebut. Ia
memandang rumah itu dengan merasa jijik dan seketika berbalik arah, lalu
berlari meninggalkan tempat itu, pulang kerumah.
Apabila melihat kejadian diatas,
nasehat ibu tersebut seakan-akan tidak pernah kena sasaran. Namun pada akhirnya,
ketika sianak diperhadapkan dengan godaan dunia ini, ia bisa teringat akan
nasehat ibunya. Mendidik anak dengan
segala cara tentulah sangat penting, tetapi jangan lupa juga satu bagian yang
sangat penting adalah selalu mendoakan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar