Calvin adalah seorang lelaki tua yang terkenal
sebagai pribadi yang sabar serta rajin menyapa setiap orang dengan senyum dan
jabat tangan yang sangat erat. Kakinya pincang karena ditembus peluru masa
penjajahan Jepang. Calvin tinggal di daerah yang rawan tindak kejahatan maupun
marak peredaran narkoba. Pria tua berusia 80 tahun tersebut bekerja sabagai tukang
kebun dan penjaga dari suatu gereja.
Pada suatu hari ketika sedang
menyirami kebun gereja, tiba-tiba dia
didatangi beberapa orang anggota gang atau berandalan didaerah tersebut. “Kalian mau minta air?” tanya Calvin
dengan tenang. Pemuda paling besar, bertato dan bertampang sangar menjawab, “Ya tentu saja” Calvinpun menyodorkan selangnya, namun tanpa
diduga-duga tiba-tiba mereka menangkap lengan Calvin dan menjatuhkannya.
Setelah Calvin jatuh, para berandalan itu mengambil jam tangan dan dompetnya,
kemudian mereka melarikan diri. Calvin berusaha bangkit, tetapi dia kembali terjatuh.
Ketika dia masih tergeletak Bapak Pendeta gerejanya datang menolongnya. “Calvin
baik-baik saja? Apakah ada yang luka? tanya pak Pendeta itu. Tidak, saya
baik-baik saja. “Mereka itu hanya
orang-orang yang tersisih dan terabaikan yang suatu saat bisa kembali kejalan
yang benar”, jawab Calvin sambil menghapus air dari keningnya dan kembali
melanjutkan menyirami kebun itu. Beberapa hari kemudian berandalan itu datang lagi
dan mengulangi perbuatan yang sama. Calvin tidak melakukan perlawanan, bahkan
dia menawarkan air dan minum dengan baik-baik. Mereka lalu mengejek dan
mentertawakan si tua bangka tersebut.
Setahun kemudian saat melakukan
pekerjaan rutinnya, Calvin dikejutkan kehadiran para berandalan itu. “Jangan
takut bapak Tua, untuk hari ini kami tidak akan mencelakakan dan merampasmu”,
kata salah satu dari berandalan itu dengan ucapan yang sopan dan lembut sambil
menyerahkan sebuah tas. Apa ini? tanya
Calvin dengan penuh keheranan. “Itu semua
barang-barang dan dompetmu lengkap dengan semua uang yang ada didalamnya”,
saya kembalikan katanya. “Aku tidak habis
pikir dan tidak bisa mengerti, mengapa sekarang kalian bisa menjadi orang baik-baik?” tanya
Calvin. Dengan wajah tertunduk dan malu anak muda itu menjawab, “Kami telah
mendapat pelajaran yang berharga dari pak Tua. Kami datang minta maaf karena
telah mencelakai dan menyakiti orang baik seperti kamu. Kami heran mengapa
setiap kali kami mencelakai dan merampas harta bendamu, engkau bukannya
melawan, malah berbaik hati. Engkau tidak memusuhi dan membenci kami walaupun
kami mencelakakan dan merugikanmu. Engkau tetap menunjukkan kasih kepada kami
orang-orang jahat. “Kami mau bicara
jujur, bahwa kami tidak pernah bisa tidur setelah merampok barang-barang dan
mencelakaimu, maka kami putuskan untuk mengembalikannya”. Pada akhirnya kesabaran Calvin membuahkan
pertobatan pada hati para berandalan itu. Kasih mampu menghancurkan Kejahatan
dan Kebencian.
Dengan Cinta Kasih kita mampu membawa
orang-orang yang jatuh kedalam lembah kekelaman kembali kejalan yang benar.
Cinta kasih yang terus diberikan secara tulus pada saatnya akan melunakkan hati
yang keras, bagaikan tetesan air yang terus menerus akan mampu mengikis dan
menghancurkan bebatuan yang keras. “Cinta
Kasih mampu mengubah musuh jadi sahabat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar